Bukan Pasien Yang Penurut

Hari sabtu kemaren zidane ku ajak periksa ke dokter, karena sudah 3 hari ini dia terkena batuk pilek. Biasanya kalo cuma pilek ringan aku sih tidak terlalu terburu-buru untuk ke dokter.
Tapi kali ini aku melihat sepertinya frekuensi batuknya lumayan sering nih, jadi akhirnya ku putuskan untuk membawanya ke dokter.

Sesampainya di sana Zidane segera di periksa, dokter kemudian menganjurkan zidane untuk di uap atau di nebulizer karena katanya dahak yang ada di tenggorokannya sangat banyak.
Kemudian proses uap itu pun kami jalani, hanya sekitar 15 menit saja proses itu berlangsung. Zidane sendiri waktu kecil sudah sangat akrab dengan ritual uap ini. Jadi kemaren pun sudah tak ada masalah buat dia saat harus menjalani proses ini.

zidane saat di uap

Aku sendiri merasakan bahwa prosedur itu cukup membantu meringankan batuk Zidane. Biasanya ke esokan hari setelah di uap frekuensi batuknya otomatis langsung berkurang atau minimal kalo pun masih ada batuk-batuk tapi batuknya bisa  lebih ringan karena sebagian dahaknya tak terlalu kental lagi.

Setelah proses uap selesai dokter segera menuliskan resep untuk Zidane, kemudian resep ku serahkan ke apotek dan menunggu antrian obat. Butuh waktu lumayan lama untuk mengantri obat, karena saat itu memang keadaan lumayan ramai.
Setelah setengah jam menunggu akhirnya petugas apotek memanggil dan menyerahkan sejumlah obat padaku.Ada 3 macam obat yang ku dapat. Yang pertama, obat pilek merk Tremenza kemudian obat batuk merk sanadryl dan yang terakhir adalah antibiotik merk Tocef.

Ah, kenapa selalu ada saja antibiotik yang di resepkan oleh dokter. Apakah penyakit batuk pilek seperti anakku memang harus di sembuhkan dengan anti biotik...?

Sebulan yang lalu Zidane juga baru saja terkena radang tenggorokan dan harus minum antibiotik, kemudian selang 2 minggu kemudian zidane terpaksa harus minum antibiotik lagi karena saaat itu zidane jatuh dari sepeda dan mendapatkan sejumlah luka yang cukup banyak di kakinya.
Sekarang dalam rentang waktu yang belum terlalu  lama ternyata dokter sudah meresepkan anti biotik lagi.

Padahal sebenarnya terlalu sering minum antibiotik kan nggak bagus ya untuk anak, sudah banyak di bahas dimana-mana bahwa pemakaian antibiotik yang sembarangan bisa memicu kekebalan bakteri.

Akhirnya, aku punya ide.
Melihat kondisi batuk pilek zidane yang tak terlalu mengkhawatirkan aku bertekad aku tak akan meminumkan antibiotik yang sudah diresepkan oleh dokter.
Bukannya mau sok pintar, sebagai ibu aku tahu lah bagaimana tingkat ke parahan sakitnya Zidane. Masa iya cuma batuk pilek seperti itu kok harus minum antibiotik segala....? kecuali kalo di sertai demam tinggi, mungkin aku akan bertindak lain. Tapi ini kan tidak.

Jadi sesampainya di rumah aku memang hanya meminumkan obat pilek dan batuknya saja.
Alhamdulillah batuk nya Zidane juga udah mulai berkurang. Semalam dia juga sudah bisa tidur nyenyak, walaupun masih batuk sesekali. Antibiotik memang sengaja tak ku berikan, aku kasian kalo anakku terlalu sering meminum obat ini.
Biarlah kali ini aku jadi pasien yang tak menurut. Ini kan demi kebaikan anakku juga.

Sebenarnya bukannya aku anti dengan antibiotik. Kalo memang keadaan mengharuskan harus minum antibiotik aku pun tak kan menghindarinya. Tapi kali ini, aku merasa batuk pilek anakku sepertinya tak terlalu membutuhkan antibiotik, jadi ya terpaksa aku hindari.

Mohon maaf ya dokter, kali ini saya bandel...hihi...tapi kebandelanku kali ini bukan tanpa alasan lho.